Menyadari Emosi-emosi anak
Siapakah pelatih emosi? Pertanyaan
tersebut sering kali muncul ketika seseorang tak bisa mengendalikan emosinya.
Mengendalikan emosi sangat penting dalam kehidupan rumah tangga, khususnya
dalam pendidikan anak-anak. Banyak diantara orang tua yang tidak sadar bahwa
dirinyalah sebagai pelatih emosi bagi anak-anaknya. Namun, ketika mereka
sadarpun, mereka tak mengetahui bagaimanakah menjadi pelatih emosi yang baik
bagi buah hati mereka.
Anak
yang lahir bagaikan selembar kertas putih yang suci dan bersih. Mereka
memerlukan goresan-goresan pena dari orang tua mereka. Tapi, kadang kala para
orang tua tidak tahu bagaimana cara menulis atau mewarnai kertas putih itu,
agar hasil dari lukisan atau tulisan tersebut menjadi seperti apa yang mereka
cita-citakan sebagai seorang orang tua.
Tentunya
pendidikan turut berperan tinggi dalam mencetak generasi yang mereka
idam-idamkan. Dan pendidikan yang utama dan pertama itu sendiri, berawal dari
keluarga. Lingkungan keluarga, atau orang tua merekalah yang menjadi teladan bagi
anak-anaknya. Jadi orang tua harus memberi contoh yang baik untuk anak-anaknya
melalui pembiasaan perilaku, berkata-kata sopan, jujur, dan selalu
mengendalikan amarah.
Amarah
merupakan salah satu dari hal yang paling ditakuti orang tua saat berinteraksi
dengan sang buah hati, namun jika anak terlalu di “elus”(di manja) juga tidak
baik, untuk melatih kemandirian mereka dan sikap tegas mereka. Terkadang amarah
juga diperlukan dalam mendidik sang buah hati. Tentunya dalam situasi dan
kondisi yang tepat, misalnya ketika mereka membuat kesalahan yang benar-benar
fatal. Amarah tersebut, berfungsi agar mereka menjadi kapok, dan tidak akan
mengulangi kesalahan itu tadi. Sebagai orang tua jangan hanya melampiaskan
amarah begitu saja. Akan tetapi harus disertai penjelasan kepada anaknya,
ketika suasana dirasa telah tenang.
Banyak
tua yang bingung bagaimana mereka dapat mengetahui emosi buah hati mereka.
Karena sering kali, mereka belum dapat mengungkapkannya melalui komunikasi
langsung kepada orang tuanya. Ketika para orang tua mengetahui hal itu, tentu
saja sebagai orang tua jangan hanya diam, karena dengan diamnya orang tua akan
membuat anak-anak menjadi semakin bingung dan gelisah. Bagaimana cara anak-anak
mereka kelak dalam menghadapi dunia luar yang bercirikan positif dan negatif.
Untuk mengenali emosi anak, orang tua dapat melakukan langkah-langkah berikut :
1.
Memberikan
buku diari untuk anak, dan menjelaskan kepada anak bahwa minimal sehari harus
menuliskan peristiwa yang terjadi padanya.
2.
Mengajarkan
bermusik (entah piano atau alat musik lain), karena dengan begitu orang tua
dapat mengenali emosi anak mereka dengan alunan nada yang mereka mainkan.
3.
Jangan
di larang mereka bermain, hal ini penting karena masa mereka yang merupakan
masa bermain, dan pada umur 3 tahun belum mengerti tentang kalimat :”saya
menyadari tentang...., dan seringkali anak-anak takut mengungkapkan
perasaan-perasaan mereka, sehingga biasanya mereka sering ngobrol perasaan
mereka dengan arakter pada boneka, misalnya : ketika anak kecil sedang bermain
boneka berbie :” berbie takut jika ayah berbie sedang marah”, maka sebagai
orang tua pun harus menyadari pula apa yang sedang dirasakan oleh anaknya
tersebut melalui penokohan berbie, dan disitu pula lah peluang bagi orang tua
untuk menjelaskan alasan-alasan kenapa mereka marah, dan lain sebagainya,
sehingga nak mereka bisa mengetahui sebab dan asal muasalnya, sehingga mereka
pun bisa mengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar