Urgensi Religious Culture terhadap Degradasi EQ
Tidak mustahil Manusia sebagai ciptaan yang terbaik (ahsanu
taqwiim) yang di jelaskan dalam surah at-tiin ayat 4, derajatnya turun menjadi
asfala saafilin (QS. at-tiin : 5), bahkan bisa serendah binatang ternak.
(QS.Al-a’rof : 179), jika mereka tidak bisa mengolah kecerdasan emosi yang
dalam al-qur’an sering disebut dengan qalb. Karena mereka hanya menuruti hawa
nafsunya saja, dalam teori sigmund freud mereka hanya mengandalkan id
(kesenangan). Jadi tidak asing lagi jika banyak patologi sosial dalam negeri
ini.
Yang sering terjadi, pendidikan yang merupakan tudingan pertama
ketika masalah bangsa kian rumit. Sebenarnya dalam pendidikan itu sendiri sudah
di ajarkan nilai-nilai yang luhur mengenai tatanan dalam sosial. Akan tetapi,
sering kali nilai-nilai yang telah di ajarkan kandas, karena hanya berupa teori
semata, yang pada umumnya akan hilang jika tidak dibarengi dengan praktik atau
tindakan yang nyata. Padahal jika diketahui, tahap operasional konkret dalam
masa perkembangan manusia memerlukan sebuah bukti nyata sehingga suatu
diperlukannya penerapan dari sebuah teori. Hal ini penting dikarenakan pada
masa ini otak berkembang secara optimal.
Selain itu
patologi seperti korupsi, seks bebas, dan tindakan asusila lain, jika di telisik
ulang, hal disebabkan oleh degradasi moral, dan degradasi ini sendiri merupakan
wujud dari EQ yang rendah. Sudah banyak di ketahui, dalam negeri ini kebanyakan
orang mengagung-agungkan IQ, padahal yang membuat maju dan seimbangnya suatu
bangsa bukan hanya IQ para generasi muda yang tinggi, akan tetapi harus ada
keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ.
Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan
dalam dirinya bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa
mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat. Untuk
mengasah EQ tidak hanya diperlukan materi, namun diperlukan sebuah pembiasaan
agar terciptanya suatu budaya yang dalam hal ini pembiasaan tersebut dalam
pendidikan disebut dengan religious culture. Agar mencapai tatanan sosial yang
luhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar